Judul: At Grave’s End (Night Huntress #3)
Penulis: Jeaniene Frost
Genre: Paranormal Romance
Penerbit: Dastan Books
Terbit: Agustus 2011
Tebal: 424 halaman
Bahasa: Indonesia
Periode baca: 20 Maret 2015 – 22 Maret 2015
Sinopsis:
Terkadang
masa lalu tidak mau terus terkubur…
Agen khusus Cat Crawfield bersama dengan suami
vampirnya, Bones, berhasil melindungi manusia dari vampire-vampir jahat yang
mengisap darah mereka sampai kering. Namun, meskipun penyamaran Cat melindungi
identitasnya yang sebenarnya dari para pengisap darah itu, penyamarannya itu
akhirnya terbongkar sehingga menempatkan Cat dalam bahaya yang membuat nyawanya
terancam.
Sementara itu, Patra, seorang vampire kuno yang
menyimpan dendam terhadap Bones, ingin menghabisi Bones dan Cat sekaligus. Patra
memiliki kekuatan sihir yang mengerikan dan menganggap dirinya sendiri sebagai
seorang dewi. Patra menyatakan perang kepada Bones sehingga Mencheres, sang
Grandsire, dan Bones merasa perlu untuk menggabungkan barisan dan kekuatan
mereka demi menghadapi dewi kuno tersebut.
Terjebak di dalam perang antar vampire yang akan
segera terjadi, Cat bertekad untuk membantu Bones menghentikan sihir mematikan
Patra. Namun, semua keahliannya sebagai seorang agen rahasia tidak akan
membantu. Satu-satunya jalan keluar yang tersisa adalah Cat harus menerima
sepenuhnya insting dan jati dirinya sebagai vampire untuk menyelamatkan dirinya
dan Bones dari takdir yang mengerikan.
Review:
Buku ketiga ini adalah buku yang penuh dengan emosi.
Marah, sedih, senang, dan tangis ada di sini. Kesimpulan dari buku ini adalah
cinta bisa bikin orang kuat dan lemah dalam waktu yang sama, kepercayaan dan
kesetiaan harus ditepati karena itulah harga mati bagi mereka yang sudah
berjanji. Aseeekkk. Kalo nggak setia yaaa say goodbye aja sama kehidupan *ngek*
Aku nangisss pas Bones ‘mati’. Hatiku hancur, vampire
kesayanganku dibunuh. Kampreeett! :/
Banyak yang nggak disangka deh pokoknya. Sering salah
tebak mau dibawa ke mana Bones dan kawan-kawan ini sama tante Jeaniene.
Buku ini penuh cinta, dendam, siksaan, kekejaman,
pertumpahan darah, pengorbanan nyawa *korban perasaan juga* wkwkwk duh apalagi
yaa. Banyak deh.
Menurutku dari tiga buku Bones yang udah kubaca, buku
inilah yang paling kejam siksaannya, menguras emosi, dan penuh intrik. Masih
disampaikan dengan bahsa yang sederhana, tapi mengena. Karakter-karakternya
masih kuat sesuai dengan porsi masing-masing, dan banyak hal yang nggak aku
bayangin ada di sini. Kalo bapaknya Cat brengs*k udah pada tau kali ya, tapi
nyiksa anak sendiri sampek kayak gitu? Ih, gak banget. Bapakku aja paling pol
kalo marah sama aku cuma didiemin abis ceramah panjang lebar (oke, bapakku bukan
Max dan bukan vampire. Hihihi).
Awalnya kupikir Patra itu cowok (hehehe) ternyata
bukan.
Endingnya sih ok, cuma agak kurang sreg aja sama
bagaimana Patra mati (kok gampang banget ya? :D ). Bayangannya sih cara mereka
‘perang’ itu ya kayak pasukan-pasukan troya jaman dulu. Seenggaknya barisan
Patra sama barisan Bones+Mencheres langsung berhadapan, saling mengaum sebelum
menyerang, menikam jantung, atau memenggal kepala musuh *aduh* tapi ternyata
itu cara perang yang paling konvensional. Terus si Patra biar dibunuh aja sama
Mencheres. Wkwkwk
Mencheres?
Dia kakek-kakek paling ganteng dan super keren. Salut aja bisa melakukan itu padahal cinta mati sama Patra.
Dia kakek-kakek paling ganteng dan super keren. Salut aja bisa melakukan itu padahal cinta mati sama Patra.
Bones? Cat?
Masih sama. Mereka dominan dan protektif. Ini yang aku suka dari karakter mereka. Bagaimana cara mereka melindungi seseorang yang mereka cintai kadang mengerikan, tapi begitulah cara mereka menunjukkan siapa yang memiliki siapa dan cinta mereka benar-benar terbukti.
Masih sama. Mereka dominan dan protektif. Ini yang aku suka dari karakter mereka. Bagaimana cara mereka melindungi seseorang yang mereka cintai kadang mengerikan, tapi begitulah cara mereka menunjukkan siapa yang memiliki siapa dan cinta mereka benar-benar terbukti.
Ada banyak hal yang bisa diambill dari novel ini.
Salah satunya, kehilangan orang yang kita cintai bukanlah bagian tersulit dalam hidup, tapi bagaimana cara untuk bangkit di tengah rayuan keputusasaan lah yang tak mudah dilalui.
Salah satunya, kehilangan orang yang kita cintai bukanlah bagian tersulit dalam hidup, tapi bagaimana cara untuk bangkit di tengah rayuan keputusasaan lah yang tak mudah dilalui.
Bisa move on nggak lu? Wkwkwk >,<
Quotes favorit di buku ini dari Bones sama Vlad:
“Jika kau tak bisa memercayai seseorang dengan sesuatu
yang kecil, bagaimana kau bisa yakin dia tidak akan mengkhianatimu untuk hal
yang lebih serius?” Bones_
“Jangan menyia-nyiakan apa yang kau miliki. Jika kau
melakukannya, kau akan menghabiskan sisa hidupmu dengan menyesalinya.” Vlad_
4,5 stars out of 5 stars.
Guuuuuttttttt! Mastin aja kalah gut sama mereka semua. Hohoho
Guuuuuttttttt! Mastin aja kalah gut sama mereka semua. Hohoho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar