Total Tayangan Halaman

Selasa, 17 Mei 2016

REVIEW: An Offer from a Gentleman (Bridgerton family #3) by Julia Quinn

Judul: An Offer from a Gentleman
Penulis: Julia Quinn
Genre: Historical Romance
Penerbit: GPU
Terbit: Maret, 2010
Tebal: 504 halaman
Bahasa: Indonesia


Sinopsis:
Season 1815 sudah dimulai, dan sementara setiap orang membicarakan Wellington dan Waterloo, pada kenyataannya pembicaraan masih belum berubah dari season 1814, yang berpusat pada topik favorit kaum bangsawan—pernikahan.
Seperti biasa, calon suami incaran para debutan berpusat pada keluarga Bridgerton, terutama anak laki-laki tertua Bridgerton yang masih lajang. Meski tidak bergelar, wajah tampan, sosok menyenangkan, serta kekayaan yang memadai sepertinya menutup kekurangan itu. bahkan, penulis lebih dari sekali mendengar para Mama Ambisius berkata kepada anak gadis: “Kau akan menikah dengan duke… atau Bridgerton.”
Mr. Bridgerton sendiri sepertinya sangat tidak tertarik pada para gadis muda mana pun. Dia hadir hampir pada setiap pesta, namun tidak melakukan apa pun selain memperhatikan pintu, mungkin menunggu seseorang yang istimewa.
Mungkin…
Mungkin seorang calon mempelai?

Lembar berita Lady Whistledown
12 juli 1815

Review:
Do you guys love fairytale? Of course, you do. (heheheh pede gila >,<)
Well, well, then, welcome to the very common fairytale.
Kenapa aku tanya begitu?
Karena kesan pertama yang akan pembaca dapat setelah membaca bab awal buku ini adalah, “Iiihhh Cinderella bingiiittt!!!”
Eits, jangan salah. Karena yang akan kalian temukan adalah sebuah kisah Cinderella yang benar-benar berbeda. Bayangin aja Cinderella Inggris di abad ‘19-an yang hidup dengan gaun yang bergantung pada kencangnya korset *eh hidup bergantung pada diri sendiri. Pengalaman yang nggak akan pernah Cinderella versi Grimm Brothers alami sebelum dia bertemu dengan pangeran dan menyatukan sepatu kacanya yang tertinggal di istana kemudian menemukan sebuah kehidupan bernama ‘Happily Ever After’.
Buku ketiga ini sangaaattt memukau. Boleh dibilang mengobati kekecewaanku sama buku kedua. Rasanya seperti menemukan kembali semangat Bridgerton. More family scenes, more chemistry, more passion, more love, and moreover their desires. Banyak sekali sesuatu yang baru kutemukan dari para Bridgerton di buku ini. I love Benedict and Sophie. Karakter mereka benar-benar hampir mencuri hatiku dari Simon dan Daphne (The Duke and I). Dialog-dialog lucu yang menggemaskan tapi juga penuh makna, cerita yang ringan tapi juga menyentuh kalbu. Benar-benar disusun dengan apik dan menyenangkan. Membuatku tak bisa menghentikan rona merah di pipi dan berdebarnya hati membaca setiap scene yang disuguhkan di sini. Dan menurutku scene yang paling epic dari buku ini selain di sofa rumah Benedict adalah … jeng! jeng! jeng! Scene di penjara. Ada hal berbeda yang akan pembaca temukan dari seorang Bridgerton senior. Hohoho :D
Bisa dibilang memang buku ini lebih bagus dari buku kedua (menurutku). Kenapa? Karena entah mengapa karakter Anthony dan Kate (The Viscount who Loved Me) tak begitu bisa membuatku menaruh perhatian lebih pada mereka. Berbeda dengan suasana hatiku saat membaca kisah Benedict dan Sophie ini. Terkesan biasa di awal tapi sangat menarik ke depannya.
By the way, kalo ngomongin buku otomatis bukan cuma ceritanya yang disorot (kalo aku) tapi juga bahasa yang dipakai. Karena di buku satu dan dua aku baca versi asli (imprint/e-book) so, gak ada masalah dengan itu, tapi buku ketiga ini aku baca terjemahannya dan sayang sekali terasa sedikit kaku. Aku nemu cukup banyak kesalahan penulisan, pemenggalan kata, dan kadang tanda baca yang kurang. Well, gak bisa nyalahin juga sih, tapi ini agak mengangguku sebagai pembaca. Editing itu penting sekali, apalagi untuk penerbit besar seharusnya editor mereka juga lebih professional. Bukan maksud mencela, ini hanya ekspresi ketidaknyaman pembaca atas kualitas isi buku.
Tidak ada quotes favorit di buku ini karena bagiku semua yang penulis tuturkan di buku ini menjadi favoritku. Akhir kata, cuma mau nyampe’in kalo buku ini cocok buat kamu-kamu penyuka historical romance yang berusia 18+ (udah ada peringatannya di sampul belakang buku. Hehe)
Rating: 5/5 stars
Oh, ya hampir lupa. Soal Lady Fucking Mysterious Whistledown, entah mengapa aku berharap di buku keempat jati dirinya akan terungkap. Suwerrr pinisirin setengah metong eyke. Wkwkwk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar