Judul: An Offer from a Gentleman
Penulis: Julia Quinn
Genre: Historical Romance
Penerbit: GPU
Terbit: Maret, 2010
Tebal: 504 halaman
Bahasa: Indonesia
Sinopsis:
Season 1815 sudah dimulai, dan sementara setiap orang
membicarakan Wellington dan Waterloo, pada kenyataannya pembicaraan masih belum
berubah dari season 1814, yang berpusat pada topik favorit kaum
bangsawan—pernikahan.
Seperti biasa, calon suami incaran para debutan
berpusat pada keluarga Bridgerton, terutama anak laki-laki tertua Bridgerton
yang masih lajang. Meski tidak bergelar, wajah tampan, sosok menyenangkan,
serta kekayaan yang memadai sepertinya menutup kekurangan itu. bahkan, penulis
lebih dari sekali mendengar para Mama Ambisius berkata kepada anak gadis: “Kau
akan menikah dengan duke… atau Bridgerton.”
Mr. Bridgerton sendiri sepertinya sangat tidak
tertarik pada para gadis muda mana pun. Dia hadir hampir pada setiap pesta,
namun tidak melakukan apa pun selain memperhatikan pintu, mungkin menunggu
seseorang yang istimewa.
Mungkin…
Mungkin seorang calon mempelai?
Lembar berita Lady Whistledown
12 juli 1815
Review:
Do you guys love fairytale? Of course, you do.
(heheheh pede gila >,<)
Well, well, then, welcome to the very common
fairytale.
Kenapa aku tanya begitu?
Karena kesan pertama yang akan pembaca dapat setelah
membaca bab awal buku ini adalah, “Iiihhh Cinderella bingiiittt!!!”
Eits, jangan salah. Karena yang akan kalian temukan
adalah sebuah kisah Cinderella yang benar-benar berbeda. Bayangin aja Cinderella
Inggris di abad ‘19-an yang hidup dengan gaun yang bergantung pada kencangnya
korset *eh hidup bergantung pada diri sendiri. Pengalaman yang nggak akan
pernah Cinderella versi Grimm Brothers alami sebelum dia bertemu dengan
pangeran dan menyatukan sepatu kacanya yang tertinggal di istana kemudian
menemukan sebuah kehidupan bernama ‘Happily Ever After’.
Buku ketiga ini sangaaattt memukau. Boleh dibilang
mengobati kekecewaanku sama buku kedua. Rasanya seperti menemukan kembali
semangat Bridgerton. More family scenes, more chemistry, more passion, more
love, and moreover their desires. Banyak sekali sesuatu yang baru kutemukan
dari para Bridgerton di buku ini. I love Benedict and Sophie. Karakter mereka
benar-benar hampir mencuri hatiku dari Simon dan Daphne (The Duke and I). Dialog-dialog
lucu yang menggemaskan tapi juga penuh makna, cerita yang ringan tapi juga
menyentuh kalbu. Benar-benar disusun dengan apik dan menyenangkan. Membuatku
tak bisa menghentikan rona merah di pipi dan berdebarnya hati membaca setiap
scene yang disuguhkan di sini. Dan menurutku scene yang paling epic dari buku
ini selain di sofa rumah Benedict adalah … jeng! jeng! jeng! Scene di penjara.
Ada hal berbeda yang akan pembaca temukan dari seorang Bridgerton senior.
Hohoho :D
Bisa dibilang memang buku ini lebih bagus dari buku
kedua (menurutku). Kenapa? Karena entah mengapa karakter Anthony dan Kate (The
Viscount who Loved Me) tak begitu bisa membuatku menaruh perhatian lebih pada
mereka. Berbeda dengan suasana hatiku saat membaca kisah Benedict dan Sophie ini.
Terkesan biasa di awal tapi sangat menarik ke depannya.
By the way, kalo ngomongin buku otomatis bukan cuma ceritanya
yang disorot (kalo aku) tapi juga bahasa yang dipakai. Karena di buku satu dan
dua aku baca versi asli (imprint/e-book) so, gak ada masalah dengan itu, tapi
buku ketiga ini aku baca terjemahannya dan sayang sekali terasa sedikit kaku.
Aku nemu cukup banyak kesalahan penulisan, pemenggalan kata, dan kadang tanda
baca yang kurang. Well, gak bisa nyalahin juga sih, tapi ini agak mengangguku
sebagai pembaca. Editing itu penting sekali, apalagi untuk penerbit besar
seharusnya editor mereka juga lebih professional. Bukan maksud mencela, ini
hanya ekspresi ketidaknyaman pembaca atas kualitas isi buku.
Tidak ada quotes favorit di buku ini karena bagiku
semua yang penulis tuturkan di buku ini menjadi favoritku. Akhir kata, cuma mau
nyampe’in kalo buku ini cocok buat kamu-kamu penyuka historical romance yang
berusia 18+ (udah ada peringatannya di sampul belakang buku. Hehe)
Rating: 5/5 stars
Oh, ya hampir lupa. Soal Lady Fucking Mysterious
Whistledown, entah mengapa aku berharap di buku keempat jati dirinya akan
terungkap. Suwerrr pinisirin setengah metong eyke. Wkwkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar